Kewajiban seseorang yang telah beramal sholeh adalah menjaga dirinya dari berperilaku yang dapat merusak amal sholehnya. Balasan atas amalnya tidak perlu ditunggu-tunggu karena jika amalnya tidak dirusak oleh perilakunya sendiri maka yakinlah balasan itu turun seperti yang telah dijanjikan Alloh Ta'ala dan Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam. Amal yang rusak tentu tidak patut untuk dibalas maka jangan salahkan amal dan Yang Maha Menjanjikan Balasan Amalnya tapi salahkan lah diri sendiri yang tidak mampu menjaga kemurnian amal sholeh yang telah dilakukan, baik saat melakukan amalnya maupun setelah melakukan amalnya.
Rabu, 02 Mei 2018
Takbirotulihrom
Takbirotulihrom adalah kalimat yang paling pantas diucapkan oleh seorang hamba ketika menghadapkan dirinya kepada ALLOH Ta'ala. Lafadz "ALLOHU AKBAR" tidak dapat didefinisikan dengan 'akal manusia namun terurai dalam hati yang beriman.
Selasa, 01 Mei 2018
Terus Terang Saja
Terus terang aku sama sekali tidak tertarik dg dai & muballigh impor yg hanya pandai retorika sambil mengutip teks-teks suci tp tdk memahami perasaan, hati dan jiwa ummat & bangsa Indonesia. Mereka tak mengerti tradisi unggah ungguh & tata nilai rakyat Nusantara.
Mereka melindas kearifan & budaya lokal secara semena-mena & jumawa atas nama kebenaran dan kesucian agama tanpa memperdulikan perasaan masyarakat yg tradisinya dihancurkan.
Aku juga tidak silau oleh pertunjukan agama dengan penampilan & retorika yang penuh pesona tapi tanpa kearifan & miskin etika.
Meski aku tahu banyak orang yang hanyut dlm buaian retorika para orator & pembicara agama yang seperti ini, sehingga mereka mengaug-ngaungkan seperti layaknya selibritis yg jadi bintang idola.
Aku lebih hormat & tertarik pada Sunan Kudus yang menghimbau ummat Islam agar tidak memotong sapi demi menghormati ummat Hindu yang memuliakan sapi, dari pd ceramah orang pandai yang menghujat & menguliti keyakinan orang lain dengan kitab sucinya yg sudah jelas-jelas beda isinya.
Saya yakin Sunan Kudus memahami betul isi Al-Qur'an dan ajaran Islam, tapi beliau tdk pernah menyalahkan dan merendahkan orang yg mempercai kesucian sapi. Bahkan tetap menghormati & menjaga perasaannya
Aku sangat terkesima pd cara dakwah Walisongo yang berhasil mengislamkan bangsa Nusantara tanpa merusak rumah ibadah ummat lain, menghancurkan candi dan patung apalagi mendebat kitab sucinya.
Dg cara-cara yang elegan & simpatik mereka berhasil mengislamkan jutaan orang, tdk hanya ribuan orang seperti klaim pendakwah asing yang sudah dianggap hebat.
Aku juga kagum pd cara dakwah para ulama Nusantara yg lebih mengedepankan akhlak mulia & laku hidup bijaksana daripada dengan perdebatan & caci maki yg menusuk hati & melukai perasaan. Aku yakin para ulama sangat memahami kelemahan & kesalahan kitab suci agama lain jika dilihat dari perspektif Al-Qur'an & ajaran Islam.
Tapi beliau tdk pamer kelebihan & kepandaian diri karena beliau-beliau yakin ilmu & kepandaian bukan utk dipamerkan diatas panggung pertunjukan tapi diamalkan dlm laku hidup mulia
PBNU
Al-Habib KH Said Aqil Siradj
• Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
• Sayyid Muhammad An-Naqib bin
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
• Sayyid Alawi Awwal bin
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
• Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatul Khan bin
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan Al Husein bin
• Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
• Sayyid ‘Umdatuddin Abdullah Al-Khan bin
• Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan
• Pangeran Pasarean @ Pangeran Muhammad Tajul Arifin
• Pangeran Dipati Anom @ Pangeran Suwarga @ Pangeran Dalem Arya Cirebon
• Pangeran Wirasutajaya ( Adik Kadung Panembahan Ratu )
• Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung
• Pangeran Nata Manggala
• Pangeran Dalem Anom @ Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak
• Pangeran Kebon Agung @ Pangeran Sutajaya V
• Pangeran Senopati @ Pangeran Bagus
• Pangeran Punjul @ Raden Bagus @ Pangeran Penghulu Kasepuhan
• Raden Ali
• Raden Muriddin
• KH Raden Nuruddin
• KH Murtasim ( Kakak dari KH Muta’ad leluhur pesantren Benda Kerep & Buntet )
• KH Said ( Pendiri Pesantren Gedongan )
• KH Siraj
• KH Aqil
• KH Said Aqil Siraj ( Ketua PBNU )
Mungkin masih banyak yang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, bahwa Ketua PBNU, Prof. Dr. KH Sa'id Aqil Siradj juga seorang "Habib" alias keturunan (dzurriyah) Rasulullah saw. Ini nih silsilah lengkapnya supaya paham, kalau perlu dihafal, hehehe...
KH. Said Agil Siradj bin KH Agil bin KH Siradj bin KH Said (gedongan) bin KH Murtasim bin KH Nuruddin bin KH Ali bin Tubagus Ibrahim bin Abul Mufakhir (Majalengka) bin Sultan Maulana Mansur (Cikaduen) bin Sultan Maulana Yusuf (Banten) bin Sultan Maulana Hasanuddin bin Maulana Syarif Hidayatulloh (Sunan Gunung Jati) bin Abdullah bin Ali Nurul Alam Syeh Jumadil Kubro bin Jamaludin Akbar Khan bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik al-Muhajir (Nasrabad India) bin Alawi Ammil Faqih ( Hadrulmaut) bin Muhammad Shohib Mirbat Ali Kholi' Qosam bin Alawi atsani bin Muhammad Shohibus Saumi'ah bin Alawi Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa ArRumi bin Muhammad an Naqib bin Ali 'Uraidhi bin Ja'far as Shodiq bin Muhammad al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra Ra binti Sayyidina wa Maulana Rasulullah Muhammad SAW.
Menurut versi lain (yang lebih shahih), yakni menurut ketua Naqobah kesultanan Banten (Zein Sempur Al bakri). KH Said Aqil Siraj adalah keturunan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon) melalui jalur nasab Kraton Gebang Ilir Kuningan Cirebon.. bukan melalui jalur sultan Banten seperti yang banyak beredar di dunia maya.
Nah, terlepas dari perbedaan versi di atas, tapi jelas kan, bahwa garis nasab beliau ini sambung hingga ke Rasulullah saw. Bahkan, Kiai Sa'id juga keturunan para wali dan ulama top. Namun, seperti kebanyakan kiai dan ulama NU, banyak yang namanya tidak diberi "Habib". Bagi warga NU, guru harus dihormati, entah dia habib atau bukan, bergelar akademik tinggi atau tidak, setiap guru harus dihormati. Inilah akhlaq.
Jika di antara guru, kiai, gus, habib, ustadz terjadi ikhtilaf, warga NU yang awam mesti bersikap "mauquf" alias mendiamkan. Mereka paham bahwa dibalik ikhtilaf mesti ada rahmat. Nah, rahmat inilah yang perlu dipetik hikmahnya. Paham kan?
Kalau belum, saya beri ilustrasi. Jika ada supir truk bertengkar dengan supir truk tentang mesin truk, maka tukang becak yang masih unyu-unyu, masih belajar bersurban dan bisanya teriak "Takbir", apalagi masih muallaf, maka lebih baik ngak usah ikut-ikutan!!! Apalagi, bergaya "keutem" (bahasa Ngalam) dan toro' bunte' (bahasa Arudam) ikut menghujat dan mensigma sesat, kafir, liberal, pro-asing, dls.
Jadi, mending belajar lagi dan banyak baca. Jika ada berita negatif, biasakan segera tabayyun (klarifikasi). Jangan lupa, check and recheck terus supaya tidak termakan hoax. Perlu diketahui, dari dulu Ketua PBNU terus digoyang dan difitnah, baik dari dalam maupun luar NU. Dulu Gus Dur, sekarang Kiai Sa'id. Tapi ingat, itu semua tidak menyurutkan warga Nahdliyyin dalam menghormati para ulama.
Akhlaq dan keyakinan warga NU ini demi menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara. Jadi, demi kepentingan yang lebih urgen, lebih besar dan lebih mulia. Bukan atas dasar nafsu dan kepentingan politik sesaat, apalagi untuk gagah-gagahan. Paham? Kalau masih belum, ya gak papa, la wong NU-nya masih perlu garisan supaya lurus. Atau, kalau belum ngerti ya mungkin karena terlalu lama di bumi datar. Sekali-sekali lihatlah lambang NU yang ada bumi bulatnya, hehehe...
Salam Satu Jiwa
Sejarah
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2177066328978172&id=100000244777203
Sejarah Singkat Pencipta Kalimat : "Billahit Taufiq wal-Hidayah" dan "Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq"
Oleh : Dafid Fuadi (Direktur Aswaja NU Center Kabupaten Kediri Jatim)
Pada umumnya umat Islam mengakhiri ceramah atau surat-menyurat keagamaan dengan kalimat "Billahit taufiq wal-hidayah" atau "Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq" yang diucapkan atau ditulis sebelum salam penutup. Tetapi mereka tidak mengetahui siapa pencipta ke dua kalimat tersebut.
Pencipta kedua kalimat itu adalah K.H. Ahmad Abdul Hamid yang lebih dikenal dengan nama K.H. Achmad Abdul Hamid Kendal, beliau adalah salah satu ulama kharismatik di Jawa Tengah, sebagai pengasuh Ponpes Al-Hidayah Kendal Kota dan Imam Masjid Besar Kendal. Karena peran dan ketokohan beliau, masyarakat Kendal menyebut beliau sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”.
KH. Achmad Abdul Hamid Kendal lahir di Kota Kendal pada tahun 1915. Ayahanda beliau bernama KH. Abdul Hamid.
Beliau dilahirkan pada saat di negeri ini sedang marak berdiri berbagai pergerekan dan organisasi keagamaan, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1905 lalu pada tahun 1906 berubah menjadi Sarikat Islam, Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912. Pada tahun 1918 lahir Nahdlatul Tujjar sebagai cikal bakal Nahdatul Ulama (NU). Kemudian pada 31 Januari 1926 berdirilah NU, tahun 1928 terjadi Sumpah Pemuda dan lain-lain.
Pada mulanya kalimat "Billahit Taufiq wal Hidayah" beliau ciptakan sebagai ciri khas warga NU untuk mengakhiri ceramah, pidato dan surat menyurat. Pertama kali beliau mengucapkan kalimat itu di Magelang yang selanjutkan diikuti oleh para Ulama NU dan seluruh warga Nahdliyin. Namun kalimat itu akhirnya ditiru dan digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam dari berbagai organisasi dan pergerakan, sehingga kekhasan untuk warga NU sudah tidak ada lagi. Untuk itu beliau menciptakan kalimat baru "Wallahul Muwaffiq ila Aqwamith Thariq" yang dirasa cukup sulit ditirukan oleh warga non-NU. Sehingga sejak itu warga Nahdliyin menggunakan kalimat : "Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq" dalam mengakhiri ceramah, pidato dan surat menyurat sebelum salam penutup, meski yang tetap terbiasa menggunakan :"Billahit Taufiq wal Hidayah" juga masih banyak.
Khidmah Kiai Ahmad (demikian panggilannya sehari-hari) di NU dimulai dari tingkat cabang sampai PBNU. Banyak tugas penting di NU yang pernah diembannya seperti Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU dan MUI Jawa Tengah. Beliau juga tercatat sebagai kontributor dan distributor majalah Berita NO, yang terbit tahun 1930an. Dalam sebuah tulisan, Kiai Sahal Mahfudz menyebutkan bahwa Kiai Ahmad menyimpan dokumen-dokumen jurnalistik NU seperti Buletin LINO (Lailatul Ijtima' Nadhlatoel Oelama)
Kiai Ahmad cukup produktif menulis dan menerjemahkan kitab-kitab. Salah satu tulisannya yang cukup fenomenal adalah terjemahan al Qanun al Asasi Hadlratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ke dalam bahasa Indonesia, yang beliau terjemahkan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBNU Prof. KH Saifudin Zuhri. Penerjemahan tersebut telah dimulai oleh KH Mahfud Sidiq, tetapi belum selesai sehingga PBNU meminta Kiai Ahmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh Kiai Ahmad dinamakan "Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama".
KH Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H.
Semoga Allah menerima seluruh amal kebaikannya. Amin.
بالله التوفيق والهداية
Billahit Taufiq Wal Hidayah
والله الموفق إلى أقوم الطريق
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
Dafid Fuadi